Sukses

Patola Kuliner Banyuwangi Yang Bisa Ditemui Setahun Sekali

Jajanan ini biasa disajikan sebagai menu berbuka puasa dan sangat diminati warga bumi blambangan.

Liputan6.com, Jakarta Ragam kekayaan alam dan seni budaya membuat Banyuwangi Jawa Timur menjadi salah satu destinasi wisata pilihan.

Bahkan memasuki bulan Puasa Ramadhan, ragam kuliner Banyuwangi banyak bermunculan. Salah satunya adalah Patola yang bisa ditemui saat Ramadhan.  

Patola Banyuwangi biasa disajikan sebagai menu berbuka puasa dan sangat diminati warga bumi blambangan.

Di Jawa Tengah, patola ini disebut petolo atau putu mayang. Umumnya dinikmati dengan santan yang dimasak dengan gula merah. 

Petolo yang sudah terendam kuah ini rasanya makin enak. Bagi kalangan milenial mungkin terasa asing dengan patola. 

Namun jajanan yang satu ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

“Saya membuat patola ini sudah sekitar 22 tahun , tapi membuatnya setiap bulan puasa saja. pokoknya full satu bulan penuh. Dulu pernah setiap hari, tapi pemesanan sedikit, akhirnya saya beralih membuat kue basah lainya. Sehingga saya memutuskan membuat patola setiap bulan puasa saja,”ujar Maslekah salah seorang pembuat kue Patola Banyuwangi, Rabu (6/4/2022).

Selama Ramadan, dia dan empat pegawainya biasa mengawali aktifitasnya sejak pagi. Mereka membikin adonan patola yang akan dijual pada sore hari. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Takjil

Menurut Maslekah, setiap harinya, selama bulan puasa ia mampu memproduksi hingga 1.200 kemasan patola. Setiap kemasan dijual dengan harga Rp 4.000. 

Pelangganya datang dari berbagai kalangan. Ketika sore hari ribuan kemasan patola tersebut ludes diserbu pelangganya.

“Ini banyak pesanan mulai dari perkantoran, sampai para pedagang yang nantinya dijual lagi di sejumlah pasar takjil di Banyuwangi. Kalau pengambilan paling banyak dari perkantoran ya, seperti Dinas Kesehatan, Lapas Banyuwangi itu kalau pesan sampai 200 kemasan,”cetus Eka.

Dia, mengaku, meski musim pandemi omzet penjualan patola tetap stabil. Per harinya dia mendapat omzet kotor hingga Rp 5 juta. 

Namun, untuk tahun ini, Maslekah mengaku terpaksa harus mengurangi ukuran patolanya. Sebab bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan patola terus naik.

“Tahun ini saya terpaksa harus mengurangi ukuran patola, karena bahan- bahan seperti tepung, gula, terigu dan bahan lainya terus naik. Tapi untuk harga tetap sama, dan cita rasanya juga jangan khwatir masih sama enak dan lezat,”papar Maslekah.

Belum ada yang mengidentifikasi kapan pertama kali Patola diproduksi. Termasuk sejak kapan menjadi jajanan khas di bulan Ramadhan. 

Namun dilihat dari cetakan yang digunakan untuk membuat, patola merupakan warisan turun- temurun dari orang tua terdahulu. Karena cetatan yang digunakan memang khusus digunakan untuk membuat patola

Dibutuhkan keahlian khusus untuk menghasilkan patola yang memiliki tekstur lembut dan kenyal. Pemberian warna patola misalnya, harus dilakukan sedikit demi sedikit supaya warna yang dihasilkan sesuai dengan keinginan.

Warna Patola biasanya terdiri dari merah muda, hijau dan putih. Adonan patola yang sudah dicetak menggunakan alat khsusu dari besi kemudian diletakkan pada lembaran daun pisang. 

Kemudian patola dikukus sekitar 20 menit.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.